Laman

Rabu, 03 Juli 2013

Sejarah Abang None Jakarta


SEJARAH ABANG NONE

Dimulai sejak 1968 ketika kegiatan itu bernama None Jakarta.  Jika menilik sejarah, masa itu merupakan masa awal Orde Baru. Saat Indonesia untuk pertama kalinya menikmati stabilitas politik dan ekonomi. Pendpatan GNP penduduk Indonesia saat itu mengalami kenaikan sebesar 7 hingga 8 persen jauh dari masa sebelumnya.

Gubernur DKI Jakarta waktu itu Ali Sadikin melakukan pembenahan terhadap tata kota, di tangan dinginnya  Jakarta bertransformasi dari The Big Village menjadi Kota Metropolitan.3 Tidak hanya cukup pembangunan fisik, Bang Ali juga melakukan pembangunan budaya. Dia menyadari ketika pertama kali memerintah pada 1966 penduduk  Jakarta masih 3,4 juta jiwa dan dari jumlah itu sekitar 78 persen adalah pendatang. Karena Jakarta adalah ibukota negara maka di tempat ini harus bisa diwujudkan seni budaya seluruh Indonesia. Oleh karena itu Pemeirntah DKI Jakarta membentuk BKS (Badan  Kerjasama Seni dan Budaya).  Dibentuk juga Dewan Kesenian Jakarta. Bersamaan dengan dibangunnya Taman Ismail Marzuki (TIM) pada 1968.

Kontes None Jakarta Pertama diadakan bertepatan dengan HUT Jakarta ke 441 pada 22 Juni 1968 di Miraca Sky Club, Sarinah. Waktu itu pesertanya hanya 36 orang.  Yang terpilih sebagai None Jakarta ialah Riziani Malik.  Hadiahnya  berupa piala dari PT Arafat, tiket ke Paris dan seperangkat peralatan minum teh.  Selain Rizani terdapat dua nama gadis yang kelak lebih mencuat namanya, yaitu connie Sutedja (Pemenang ke III) dan Dewi Motik (Pemenang Harapan) .

Kontes None Jakarta berikutnya diadakan pada 22 juni 1969 juga di Miraca Sky Club Sarinah.  Pesertanya meningkat menjadi 150 orang. Panitia melakukan seleksi hingga hanya 30 finalis.  Saat itu pertama kali panitai menjual tiket kepada publik seharga Rp 6.000 per lembar.   Dalam kontes kedua ini yang menjadi pemenang adalah Masayu Nilawati Saleh. Pemenang keduanya Linda Sjamsudin dan Jojo Mochtar.  Hadiah yang diterima Masayu adalah tiket ke Kuala Lumpur dari KLM.

Baru pada 1971 Abang Jakarta mulai dikonteskan. Yang menjadi pemenang adalah Hamid Alwi dan menjadi None-nya adalah Tjike Soegiarto. Dalam kontes 1971 ini antara lain diikuti Poppy Dharsono yang waktu itu masih berusia 20 tahun. 6 Menyimak harian Kompas pada waktu itu diceritakan pemilihan Abang dan None Jakarta 1971 dilakukan dalam dua tahap.  Pada tahap pertama disaring 140 calon None dan 30 calon Abang di Arena Tertutup Taman Ismail Marzuki pada Kamis malam, 17 Juni dan Jumát malam 18 Juni. 

Para Calon None hanya  memperagakan  sejenis pakaian saja, yaitu mengenakan kain sarung dengan baju kebaya serta kain kerudung. Yang dinilai  oleh para juri ialah kekhasan pakaian, termasuk kombinasi warna.  Para Calon None harus menunjukkan luwesan berjalan, menaruh tas serta mengenakan kerudung.  Penampilan kepribadiannya juga menjadi pertimbangan.
Agak berbeda dengan penilaian terhadap Calon Abang Jakarta.  Mereka diminta berpencak di depan para juri.  Pada malam pertama para Calon Abang ini berpakaian ala Djampang, namun ada pula yang tampil denagn pakaian lengkap serta pelayan hotel.  Tetapi pada umumnya mereka tampil dengan golok di pinggang, kumis melintang jambang panjang, kain pelekat serta cangklong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar